Jakarta – Merdeka belajar merupakan sebuah filosofi yang menjadi sebuah proses, sekaligus tujuan jangka panjang pendidikan di Indonesia. Prinsip merdeka belajar sejalan dengan gagasan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro. Beliau mengatakan bahwa “kemerdekaan adalah tujuan dan sekaligus paradigma pendidikan di Indonesia yang perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Peserta didik tumbuh secara kodratnya sendiri, sedangkan guru hanya menuntun dan merawat kodrat tersebut.”

Konsep STIFIn, adalah konsep pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berfokus pada potensi genetik, di mana dalam konsep merdeka belajar di sebut dengan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Itu artinya bahwa setiap anak atau siswa memiliki kekuatan dan kelemahannya masing – masing, yang di dalam konsep STIFIn potensi genetik ini dilihat dari mesin kecerdasan (belahan otak dominan) dan drive kecerdasan (selaput/lapisan otak dominan).

Di dalam konsep merdeka belajar disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu tentang pembelajaran untuk mendukung semua siswa di dalam kelas. Pembelajaran berdiferensiasi juga berarti “mengguncang” apa yang terjadi di dalam kelas, sehingga siswa mempunyai banyak pilihan untuk menerima informasi, memahami ide, dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari.

Pembelajaran berdiferensiasi tersebut, dalam Workshop STIFIn Tematik Learning, yang namanya pembelajaran itu dibagi menjadi tiga tahapan. Artinya bahwa proses pembelajaran berdiferensiasi ini dimulai sejak tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi dalam konsep merdeka belajar yang menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah proses komprehensif dan fleksibel yang mencakup, perencanaan, persiapan, dan penyampaian pengajaran yang mengakomodasi keberagaman kebutuhan belajar dari siswa di dalam kelas.