Jakarta – Generasi Z (Gen Z) tengah menjadi topik perbincangan hangat di berbagai perusahaan. Karakteristik mereka yang berbeda dari generasi sebelumnya menimbulkan tantangan tersendiri bagi dunia kerja. Berdasarkan survei terbaru, 6 dari 10 perusahaan di Indonesia dilaporkan telah memecat karyawan Gen Z. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: apakah karakter Gen Z yang sulit beradaptasi, atau perusahaan yang belum cukup fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan generasi ini? Bagaimana STIFIn bisa membantu hal tersebut?
Menurut Solver Hari Sanusi, pakar STIFIn atau biasa disebut STIFIn Man, Gen Z lahir dan tumbuh dalam lingkungan digital yang serba cepat dan fleksibel. Mereka terbiasa dengan kebebasan, akses informasi yang luas, serta lingkungan kerja yang inklusif. “Banyak perusahaan masih menerapkan sistem kerja yang kaku dengan hierarki yang ketat, yang bertolak belakang dengan ekspektasi Gen Z,” kata Solver Hari. “Inilah yang sering kali menjadi pemicu ketidakcocokan antara perusahaan dan karyawan muda ini.”
Hari Sanusi menambahkan, tantangan utama bagi perusahaan adalah bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang dapat mengakomodasi karakteristik Gen Z tanpa mengorbankan nilai-nilai perusahaan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan memberikan ruang lebih bagi Gen Z untuk berinovasi, serta menerapkan pendekatan kerja yang lebih fleksibel. “Dalam beberapa kasus, perusahaan yang berhasil mempertahankan karyawan Gen Z adalah yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang secara personal dan profesional, bukan sekadar bekerja demi gaji. Nah, konsep STIFIn bisa membantu hal itu,” ujar pakar STIFIn ini.
Konsep STIFIn dapat menjadi alat yang berguna dalam memahami Gen Z lebih dalam. STIFIn adalah metode yang mengidentifikasi kecerdasan dominan seseorang berdasarkan sistem genetika, yang dapat membantu perusahaan dalam menyesuaikan pola manajemen dan strategi komunikasi dengan Gen Z. Dengan mengetahui apakah karyawan memiliki kecerdasan berpikir, insting, atau feeling yang dominan, perusahaan dapat menyesuaikan pendekatan mereka agar lebih efektif dalam membangun hubungan kerja yang produktif dan harmonis.
Selain itu, penting bagi perusahaan untuk lebih terbuka terhadap gaya komunikasi Gen Z yang cenderung mengutamakan feedback dan apresiasi. Mereka menginginkan lingkungan kerja yang transparan dan terbuka, di mana ide dan aspirasi mereka didengar. Sebagai contoh, perusahaan yang menerapkan metode kerja berbasis proyek dengan sistem mentoring cenderung lebih sukses dalam mempertahankan karyawan dari generasi ini.
Menyesuaikan pola manajemen dengan karakter Gen Z bukan hanya menjadi tantangan bagi perusahaan, tetapi juga sebuah peluang untuk menciptakan ekosistem kerja yang lebih adaptif dan inovatif. Dengan memahami kebutuhan dan harapan mereka melalui pendekatan seperti STIFIn, perusahaan dapat lebih mudah menarik dan mempertahankan talenta-talenta muda yang berpotensi besar dalam mendorong pertumbuhan bisnis.
Pada akhirnya, Gen Z bukanlah sekadar generasi yang menuntut kebebasan, tetapi juga generasi yang membawa perspektif baru dalam dunia kerja. Jika perusahaan dapat beradaptasi dengan baik, maka kolaborasi antara Gen Z dan perusahaan dapat menjadi kombinasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Bila belum tes STIFIn, silakan klik Tes STIFIn Online ( https://s.id/tes-stifin-online)
@stifingenetic