Jakarta –  Dalam pendidikan anak usia dini, tentunya kita tidak asing dengan istilah pola asuh atau istilah lebih kerennya konsep parenting, bukan? Di mana sebagai orang tua kita dituntut untuk bisa membesarkan dan mendidik buah hati kita bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini terlihat dari fakta yang ada dilapangan saat ini, yaitu pola asuh anak mulai dari usia dini hingga remaja, sangatlah punya pengaruh besar pada proses tumbuh kembang dari anak – anak kita.

Menurut John Locke, bahwa anak – anak kita dilahirkan bagai kertas kosong, yang kita bebas untuk menulis atau menggambar sesuatu pada kertas kosong tersebut. Jika kita bisa menulis atau menggambarkan sesuatu yang baik, maka jadilah ia baik begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain bahwa kondisi kertas kosong tadi sangat dipengaruhi dari pola asuh yang diterapkan oleh kedua orang tua kepada sang buah hatinya.

Bagaimana pola asuh atau parenting yang baik untuk setiap anak yang secara hakikatnya memiliki perbedaan atau keunikan tersendiri? Menurut Laurence Steinberg (2004), pola asuh yang baik adalah yang dapat menghindari anak dari kecemasan, depresi, gangguan makan, perilaku antisosial, dan penyalahgunaan alkohol dan obat – obat terlarang lainnya. Selain itu pola asuh harus mampu memupuk empati, kejujuran, kemandirian, pengendalian diri, kebaikan, Kerjasama, dan keceriaan pada anak.

Dalam konsep STIFIn parenting, sebuah pola asuh atau parenting itu sangat erat hubungannya dengan sense of giving. Hal ini sangat berkaitan dengan peran dari kedua orang tua, baik Ayah ataupun Ibu. Seringkali kita menemukan bahwa seorang ibu kehilangan jati dirinya, sehingga berdampak besar pada hubungan dengan pasangan, anak, dan urusan rumah tangga lainnya.

Dalam konsep STIFIn parenting, bertujuan untuk mengantarkan seitap anak menuju keberhasilannya, dan pada saat yang sama membuat Ayah dan Ibu merasa nyaman dengan tetap mengoptimalkan kekhasan dirinya masing – masing. Pertanyaannya adalah seberapa besar sense of giving, diri Anda sebagai orang tua?