Jakarta – Konsep STIFIn semakin mendapat perhatian luas dalam dunia pendidikan dan pengembangan diri. Metode ini menitikberatkan pada pemahaman genetika seseorang sebagai kunci utama dalam menemukan potensi terbaiknya. Dalam sebuah podcast terbaru STIFIn Genetic Indonesia, seorang ahli STIFIn, Solver Hari Sanusi, mengungkapkan bagaimana konsep ini dapat menjadi model percepatan pertumbuhan sumber daya manusia (SDM) di berbagai lembaga.
Apa Itu STIFIn? STIFIn merupakan sebuah metode yang mengelompokkan manusia ke dalam lima jenis kecerdasan utama berdasarkan dominasi belahan otak dan sistem operasionalnya, yakni Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Insting. Dengan memahami kecerdasan dominan seseorang, STIFIn membantu individu untuk fokus pada kelebihan alami mereka, sehingga dapat mencapai keunggulan dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya.
Mengapa STIFIn Penting? Menurut Hari Sanusi, penerapan STIFIn dalam pengembangan SDM berperan penting dalam meningkatkan produktivitas individu. “Ketika seseorang memahami genetika karakternya dan mendapatkan lingkungan yang mendukung, produktivitasnya meningkat secara otomatis,” ujar Hari Sanusi. Hal ini karena individu dapat bekerja dengan lebih efektif, berorientasi pada keunggulan pribadinya, dan mengembangkan keterampilan secara optimal melalui deliberate practice selama 10.000 jam.
STIFIn di Kalangan Gen Z Metode STIFIn semakin relevan bagi Gen Z yang tengah mencari arah dan tujuan hidup. Dengan konsep “Fokus Satu Hebat”, STIFIn membantu mereka menemukan jalur yang paling sesuai dengan potensi mereka. “Banyak orang yang bingung dengan pilihan karier atau pendidikan. STIFIn memberikan solusi dengan menunjukkan jalur terbaik berdasarkan kecerdasan genetik mereka,” tambah Hari Sanusi.
Lihat video berikut: Pengembangan Diri Berbasis Genetika dalam Konsep STIFIn
Konsep STIFIn telah diterapkan di berbagai sekolah, komunitas, dan perusahaan. Misalnya, dalam dunia kerja, pemahaman STIFIn dapat membantu komunikasi antara atasan dan bawahan. “Jika misalnya seorang atasan berjenis intuiting dan sekretarisnya berjenis sensing, maka cara komunikasi harus disesuaikan agar lebih efektif,” jelas Hari Sanusi. Pemahaman ini juga dapat diterapkan dalam hubungan keluarga, di mana orang tua dapat memahami cara terbaik berkomunikasi dengan anak sesuai dengan jenis kecerdasannya.
Penerapan STIFIn membawa berbagai keuntungan, seperti peningkatan produktivitas, pengurangan konflik, serta peningkatan kenyamanan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Konsep ini juga memungkinkan individu untuk lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan merancang masa depan sesuai dengan potensi terbaik mereka.
Dengan semakin banyaknya lembaga dan individu yang mengadopsi metode STIFIn, diharapkan konsep ini dapat menjadi standar baru dalam pengembangan diri berbasis genetika. Bagi Gen Z yang ingin lebih mengenal potensi mereka, STIFIn menjadi salah satu solusi efektif dalam menemukan jalan hidup yang paling sesuai dengan karakter dan bakat alami mereka.
Bila belum tes STIFIn, silakan klik Tes STIFIn Online ( https://s.id/tes-stifin-online)
@stifingenetic