Jakarta – Tes STIFIn adalah sebuah tes yang digunakan untuk menganalisa potensi genetik dari seseorang melalui metode pemindaian sidik jari. Di mana STIFIn merupakan singkatan dari Sensing (S), Thinking (T), Intuiting (I), Feeling (F), dan Instinct (In).
Tes ini bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk anak sekalipun. Menurut penemunya almarhum Farid Poniman, tes ini akan efektif mulai anak yang minimal berusia 2 tahun, dikarenakan sidik jari anak yang di bawah umur tersebut, masih ada kemungkinan berubah. Hal ini dilihat dari ilmu dermatoglyphics.
Di mana tes STIFIn ini memilki manfaat yang sangat banyak, yaitu:
Setiap belahan otak (limbik kiri, neokorteks kiri, neokorteks kanan, dan limbik kanan) memiliki potensi dan karakter yang berbeda – beda, sehingga membuat seseorang dengan lainnya memiliki keunikannya masing – masing
Tes STIFIn menganut prinsip Single Intelligence, yang berfokus pada belahan otak dominan yang dikombinasikan dengan selaput/lapisan otak dominan. Di mana dari 5 belahan otak tersebut, ternyata menurut penemunya Farid Poniman, ada satu belahan yang menjadi “imam” dari ke 4 belahan otak lainnya dan inilah yang dijadikan patokan untuk mengoptimalkan potensi setiap individu.
Menurut Konsep STIFIn, karena setiap belahan otak memiliki potensi yang berbeda – beda dan membuat setiap individu menjadi unik, maka menyebabkan minat dan bakatnya pun berbeda satu degan yang lainnya.
Dalam konsep STIFIn pun dapat membantu memberikan panduan pola asuh anak yang sesuai dengan belahan otak dominan (mesin kecerdasan), dan selaput/lapisan otak dominan (drive kecerdasan), karena perbedaan itu menjadikan pola asuh (parenting) dari kedua orang tua pun harus berbeda, sekalipun anak kembar.
Dari tes STIFIn pun kita bisa dibantu untuk memahami perbedaan gaya belajar dan juga gaya mengajar untuk masing – masing mesin kecerdasan/drive kecerdasan, sehingga dapat mengoptimalkan setiap individu untuk belajar dalam rangka meningkatkan potensinya.
Berdasarkan data dari survei yang dilakukan oleh Kemendikbudristek, diketahui bahwa 87% mahasiswa yang kuliah di Indonesia, memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini disebabkan karena banyak faktor, diantaranya dia tidak memahami bakat dirinya, dan dipengaruhi oleh faktor orang tua, teman dan lingkungan disekitarnya.
Dengan tes STIFIn pun, setiap individu akan mengetahui dan memahami apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dirinya, di mana pada umumnya orang merasa lebih mengetahui kelemahan dirinya, dibandingkan mengetahui dan memahami kekuatan dirinya sendiri.
Kembali menurut hasil survei dari Kemendikbudristek, ditemukan bahwa 80% mahasiswa lulusan dari perguruan tinggi di Indonesia, bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidakpahaman diri dari setiap individu akan potensi, minat, dan bakat genetiknya.
Hal ini berhubungan dengan manfaat di atas, ketika seseorang sudah mengetahui dan memahami potensi, minat, dan bakatnya. Sementara dia sudah menjalani profesi atau pekerjaan yang saat ini dilakukan, maka ia dapat dengan mudah untuk memilih untuk tetap di profesi/pekerjaan tersebut atau berpindah ke profesi/pekerjaan yang sesuai dengan potensi genetiknya, sehingga menjadikan dirinya menjadi optimal di dalam profesi/pekerjaan tersebut.
Fokuslah Pada Potensi Genetik
Di mana Konsep STIFIn adalah sebuah konsep pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berfokus pada Potensi Genetik setiap individu. Di dalam implementasinya konsep ini digunakan untuk pengembangan seseorang dengan menggunakan prinsip Fokus – Satu – Hebat.
admin@stifingenetic.com
stifingenetic.id@gmail.com
62857 7217 5078
Gedung Souvereign Plaza Jl TB Simatupang Kav 36 Jakarta Selatan
Copyright 2023 PT. STIFIN GENETIKA INDONESIA | All Rights Reserved