Source: Photo by George Prentzas on Unsplash
Jakarta – Tes STIFIn merupakan tes potensi genetik, yang digunakan untuk memetakan potensi dari setiap individu. Kenapa disebut tes potensi Genetik? Kita mulai dulu dengan pemahaman bahwa alat ukur/tes potensi, minat, dan bakat yang ada saat ini cukup beragam, bukan? Tes STIFIn termasuk salah satu diantaranya. STIFIn sendiri singkatan dari dari Sensing (S), Thinking (T), Intuiting (I), Feeling (F), dan Instinct (In).
Apa yang membedakan antara tes potensi, minat, dan bakat lainnya dengan tes STIFIn?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus pahami dulu bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda – beda, di mana cara memetakan perbedaannya adalah menggunakan alat tes yang ada. Alat tes potensi yang beragam tadi, ternyata jika dikelompokkan hanya terdiri dari 2 kategori besar, yaitu:
a. Alat tes psikometrik
b. Alat tes biometrik
Perbedaan dari kedua alat tes tersebut adalah dilihat dari cara pengambilan sampel datanya, di mana jika pengambilan sampel nya menggunakan: questioner, interview, observasi, pencil, dan paper, maka apapun nama jenis tesnya termasuk ke dalam kategori tes psikometrik. Sementara jika pengambilan sampel datanya menggunakan sidik jari, retina mata, atau DNA, termasuk ke dalam kategori tes biometrik.
Untuk mengenali perbedaan potensi antar individu, kita tahu bahwa untuk mengenali diri kita yang saat ini (disebut sebagai fenotif atau sifat yang nampak sehari-hari, yang besarnya 100%), dibentuk oleh 2 hal yaitu genetik yang sifatnya tetap tetapi kontribusinya 20% dan ditambah dengan faktor lingkungan yang sifatnya berubah dengan kontribusi 80%. Jika kita rumuskan secara sederhana menjadi:
Fenotif (100%) = Genetik (20%; tetap) + Faktor Lingkungan (80%; berubah)
Yang dipetakan oleh alat tes psikometrik adalah fenotif yang 100%, yang merupakan kombinasi dari genetik ditambah pengaruh Lingkungan. Di mana yang dimaksud lingkungan adalah pola asuh, pendidikan, dinamika kehidupan, pekerjaan, dan hal lain diluar diri kita. Sedangkan alat tes biometrik adalah genetik yang hanya 20%.
Kenapa Tes STIFIn fokus kepada Genetik yang hanya 20%?
Ada yang pernah dengar Hukum Pareto atau Hukum 20:80? Dalam Hukum tersebut dikatakan bahwa cukup kita fokus kepada 20%, tetapi mendapatkan hasil yang optimal sebesar 80%, dibandingkan harus fokus kepada yang 80%, tetapi hasil yang didapatkan hanya 20%.
Hal ini berlaku pula dengan rumus fenotip di atas, dan menyebabkan Konsep STIFIn fokus kepada Genetik, walaupun hanya 20% kontribusinya kepada fenotip yang 100%, karena sifatnya yang tetap dan merupakan hal yang sangat vital dan menjadi keunikan dari setiap individu. Ini tergambar dari sidik jari dari sekian juta manusia yang ada di atas muka bumi, tidak ada yang memiliki sidik jari yang sama, karena itulah maka sidik jari digunakan oleh kepolisian, CIA, dan FBI untuk mendeteksi dan membedakan 1 orang dengan lainnya.
Dalam tes STIFIn, kita bisa memahami dengan mudah apa yang menjadi trigger pembeda antara 1 individu dengan lainnya. Dalam Konsep STIFIn, ada yang disebut dengan Teori Strata Genetik dan inilah yang memudahkan kita memahami kenapa diri kita berbeda satu dengan lainnya. Dalam Teori Strata Genetik, di bagi menjadi 5 tingkat, sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
b. Mesin Kecerdasan (Belahan Otak Dominan)
c. Drive Kecerdasan (Selaput/Lapisan Otak Dominan)
d. Kapasitas Hardware
e. Golongan Darah
Dari 5 tingkatan tersebut, Tes STIFIn berfokus kepada 2 hal utama dari genetik, yaitu Belahan Otak Dominan, dan Selaput/Lapisan Otak Dominan.
Akhirnya kita lebih paham kenapa kita berbeda 1 dengan lainnya, termasuk anak kembar sekalipun, ada kemungkinan yang menyebabkan perbedaan satu dengan lainnya. Dengan tes STIFIn hal itu bisa tampak beda, meskipun mereka lahir di tanggal yang sama.