Tes STIFIn Jakarta – Di suatu saat, ketika ada acara pertemuan alumni sebuah sekolah, ada pembicaraan antara dua orang sahabat. Sapto, mantan ketua OSIS dalam saat disekolah dulu, yang meminta Mirna sahabatnya untuk membuka acara dan memimpin kegiatan alumni yang mereka adakan.
“Wah masa aku yang diminta untuk memimpin dan membuka acara pertemuan alumni ini siy, Sapto” Aku khan pemalu dan introvert, yang ekspresif dan tidak bisa tampil didepan orang banyak”
Sapto kemudian menimpali, ”Siapa yang bilang dirimu, ngga mampu? Aku saja yang introvert bisa kok memimpin dan tampil jadi Ketua OSIS dan aktif di organisasi”
Ya kalau begitu, dirimu saja sekalian yang membuka dan memimpin acara ini”, ujar Mirna menimpali.
Kita harus memahami dulu, introvert atau extrovert yang dimaksud dalam percakapan di atas, merupakan hasil pemetaan menggunakan tes psikometri atau tes biometrik (tes STIFIn). Di mana dari kedua tes tersebut, pemahaman introvert dan extrovert nya menjadi berbeda sudut pandangnya. Lha kok bisa berbeda ya? Tes STIFIn Jakarta bisa dilakukan dengan menghubungi promotor STIFIn Genetic terdekat
Mari kita telaah lebih jauh perbedaan dari keduanya. Dalam tes psikometrik (pengambilan sampelnya menggunakan questioner, interview, observasi, pencil, dan paper) yang dipetakan adalah fenotip, yaitu genetik (diketahui setelah tes STIFIn Jakarta) yang sudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pola asuh, pendidikan, pengalaman hidup, pengalaman kerja, budaya, nilai, dll). Dari tes ini melahirkan istilah introvert dan extrovert yang sudah menjadi sebuah traits atau perilaku, dan keduanya bisa berdiri sendiri, tetapi sifatnya berubah. Hal ini bisa kita ketahui, menggunakan salah satu metode tes kepribadian yang disebut tes MBTI (Myers-Briggs Test Indicator). Mau coba tes STIFIn Jakarta?
Sedangkan introvert dan extrovert dalam Konsep STIFIn, yang menggunakan tes biometrik melalui pemindaian sidik jari, merupakan suatu yang kondisi genetik (bawaan lahir), yang perbedaannya dilihat dari selaput/lapisan otak dominannya. Seseorang dikatakan introvert, jika selaput/lapisan otak dominannya adalah selaput/lapisan putih dibagian dalam, sementara dikatan extrovert, jika selaput/lapisan otak dominannya adalah selaput/lapisan abu berongga dibagian luar. Hal ini akan sangat jelas terlihat jika kepala kita di CT Scan/MRI. Untuk pembaca artikel di Jakarta bisa Tes STIFIn Jakarta di sini.
Dalam konsep STIFIn, introvert dan extrovert ini merupakan sesuatu yang sifatnya tetap, dan tidak bisa berdiri sendiri seperti halnya introvert dan extrovert yang diketahui melalui tes psikometrik. Keduanya harus berdampingan dengan Mesin Kecerdasan (MK; belahan otak dominan) dari seseorang, yang dalam Konsep STIFIn dikenal dengan Sensing (S), Thinking (T), Intuiting (I), dan Feeling (F). Yang disebut Personality Genetic, yaitu kombinasi dari Mesin Kecerdasan dan Drive Kecerdasan (selaput/lapisan otak dominan), menjadikan ada 9 (Sembilan) Personality Genetic, yaitu
- Sensing introvert
- Sensing extrovert
- Thinking introvert
- Thinking extrovert
- Intuiting introvert
- Intuiting extrovert
- Feeling introvert
- Feeling extrovert
- Instinct
Lho kenapa untuk Instict, tidak ada introvert dan extrovert nya. Hal ini disebabkan selaput/lapisan otak pada belahan otak Tengah (Instinct), berbaur langsung dengan batang otaknya.
Lalu apa yang membedakan introvert dan extrovert dalam Konsep STIFIn?
Perbedaannya bisa dilihat dari 3 hal, yaitu:
- Sumber stimulus
- Falsafah hidup
- Cara memotivasinya.
Source: Konsep STIFIn, Farid Poniman
Untuk falsafah hidup ini maksudnya bagaimana? Ini dapat dengan mudah dibedakan menggunakan contoh sebagai berikut:
(Ketika kita berbicara dengan anak)
Anak introvert, maka kalimat yang digunakannya: “Berlian, tidak boleh nonton TV sebelum menyelesaikan pekerjaan rumah.” Kalimat ini berupa ancaman bagi diri si anak, yang dengan kata lain, anak introvert itu “anti neraka”, di mana ia akan bergerak melakukan sesuatu, jika dirinya dibuat menjadi tidak nyaman.
Sedangkan ketika berbicara dengan anak extrovert, maka kalimat yang kita gunakan, “Berlian, boleh menonton TV setelah menyelesaikan pekerjaan rumah.” Kalimat ini bagi seorang anak extrovert menjadi sebuah bentuk apresiasi atas apa yang sudah dilakukannya, dengan kata lain anak extrovert harus diiming – imingi dengan sesuatu yang membuat dirinya senang atau “cari surga”, cari kenikmatan atau kenyamanan.
Jika dilihat dari sisi cara memotivasinya pun berbeda, dengan kondisi yang sama ketika menghadapi anak.
Seorang anak introvert harus ditantang menggunakan kalimat, “Masa Rodrigues kalah pinter ama Fernando? Ayo dong tunjukkan bahwa dirimu lebih baik disbanding dia. Tetapi jangan lakukan ini dengan saudara kandung, karena itu artinya membandingkan satu anak dengan anak yang lain dan dapat memberikan dampak psikologis yang kurang baik pada sesaman saudara kandung.
Untuk anak extrovert, cara memotivasinya dengan memfasilitasi dirinya ketika akan melakukan sesuatu, sebagai contoh: “Rodrigues ayo kita belajar, ini Mami siapkan meja, buku, dan alat tulisnya disini ya. Mami juga akan menemani Rodrigues hingga selesai belajarnya, baru setelah itu kita bisa nonton TV.”
Nah anak Anda dan atau diri Anda termasuk yang mana ya? Yuk segera ketahui dengan menggunakan tes STIFIn.
Keywords:
#konsepSTIFIn #tesSTIFIn #tesstifinJakarta #tesstifinJakartaPusat #tesstifinJakartaSelatan #introvert #extrovert # psikometrik #biometrik